Jumat, 17 Februari 2012

Palembang Part 1 of 2

let me just warn you, this gonna be a long blogpost...hehehe. Are u ready?

1. Sriwijaya (train, not airplane :p )




Anda ingin tahu rasanya moda transportasi dengan jalur rel rasa Sumatera? cobalah kereta api Sriwijaya dengan rute Bandar Lampung - Palembang. Berbeda dengan berbagai rute kereta api di Jawa yang pernah saya coba, kereta ini dalam satu rangkaian menggabungkan antara kelas bisnis dan kelas executive. Kalau di Jawa kereta dengan kelas lebih rendah akan mengalah dengan kasta yang lebih tinggi apabila bersua di suatu titik perjalanan, hal ini tidak berlaku dengan Sriwijaya...ya lha wong beda kelas tapi satu kereta hehe..

Terus perjalanan jadi lancar jaya gak ada hambatan dong? jawabannya tidak juga. Karena dari jadwal kereta berangkat dari stasiun Tanjung Karang pukul 09.00 malam dan tiba di stasiun Kertapati pada pukul 05.00 pagi, jarang sekali tepat sesuai yang tertulis di tiket. Hal ini dikarenakan kereta penumpang bukanlah prioritas di jalur ini. Sang rajanya adalah kereta BABARANJANG, sebutan bagi kereta pengangkut batu bara. Jadi kalau si raja lewat , yang lain ngalah lah.. Mungkin tepat waktu bagi kereta api di Indonesia adalah jarang ya? (bukan mustahil loh )

Tarif tiket dari kelas executive adalah Rp.120.000,- dan kelas bisnis Rp.80.000,-. Saran saya bagi anda, beli lah yang executive daripada yang bisnis. Toh selisihnya tidak jauh, beda dengan di Jawa yang bisa dua kali atau tiga kali lipat. Walau pun berlabel sama, kelas executive ini seperti tidak optimal pelayanannya. Selimutnya bukan baru hasil laundry-an dalam kemasan plastik, stop kontak yang ada pun nihil listrik di beberapa spot seat. Belum lagi ketiadaan hiburan TV flat dengan siaran chanel KA TV atau majalah terbitan Kereta Api layaknya KA Argo Dwipangga di jalur selatan Pulau Jawa yang pernah saya tumpangi. Parahnya lagi kursi teman saya jeglek tidak bisa diatur sudut kemiringannya. Penderitaan belum berakhir kawan.. karena bagian cafetaria tidak melayani pesanan setelah subuh dengan alasan mau nyampe..pfiuhh.. untung perjalanan kali ini berakhir pukul 07.00 pagi (kabarnya pernah telat sampai dengan pukul 11.00)

Perbandingan-perbandingan di atas tetaplah termaafkan bagi saya. Selain tarifnya murah, transportasi ini menjadi unggulan bagi sebagian masyarakat Lampung. Bandingkan dengan pesawat. Rute Lampung Palembang bisa ditempuh dengan transit di Jakarta, tentunya akan menghabiskan anggaran yang lumayan dengan dua kali terbang. Ada sih, salah satu maskapai di Lampung yang menyediakan rute langsung. Cuman bagi sebagian orang, pesawat dengan kapasitas 50 seat dengan baling-baling bisa membuat deg-deg an pada saat melakukan manuver di udara. Transportasi alternatif lain adalah travel car via darat. Yah...dengan jalan yang tidak halus mulus seperti cangkang bulus, plus sopir yang berasa berada di lapangan F1, tetap memberikan sensasi jantungan berbeda bagi setiap orang. Tapi itu pun tergantung perusahaan travelnya. Ada juga kok yang aman, nyaman tapi tidak lamban. Jadi apapun pilihan moda transportasi anda, sesuaikan dengan kebutuhan dan isi kantong :)

2. Traditional Fabric


kain pelangi

Ada satu kawasan di Palembang yang terkenal sebagai tempat berburu kain-kain tradisional nan apik khas buatan tangan. Tempat itu berlokasi di Kawasan Ilir Barat Permai, tepatnya di belakang Pasaraya Ramayana dan dikenal dengan nama Pasar Kito atau Pasar 16 Ilir Baru -dulunya-. Bersama dengan seorang teman asli Palembang km 12, saya mulai menjelajahi pasar yang konon berjumlah sekitar 140 buah itu.

Dari berkeliling pasar, mata saya dibuat terpukau dengan warna warni kain yang terhampar di depan saya. Mulai dari karya agung berupa kain dengan teknik ikat tingkat tinggi yang dikenal dengan sebutan songket, hingga kain unik dari hasil teknik ikat dan celup yang disebut jumputan. Harga mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah pantas tertera ditiap helai kain songket, mengingat kerumitan dan proses pembuatannya yang tidak mudah. anda akan dipandu oleh pedagang yang banyak berparas etnis Arab untuk memilih dan memilah kain yang cocok bagi keinginan anda.

Saya tahu diri untuk hanya bisa menikmati kerumitan dan keindahan songket, tanpa berniat untuk memboyongnya pulang. Harga yang aduhai membuat saya beralih untuk memilih kain jumputan yang lebih terjangkau. Kain jumputan pun terdiri dari berbagai jenis kain. Saya memilih katun yang lebih kasual untuk dipakai sebagai kemeja daripada sutra yang lebih berat dipandang untuk kaum muda ceria seperti saya :P

Selain songket dan jumputan, kain yang lagi trend adalah kain pelangi. Disebut pelangi karena kain ini memiliki beberapa gradasi warna seperti pelangi di setiap helai kainnya. Ada juga kain blongsong dan kain tajung yang biasa dipakai sebagai sarung bagi kaum pria. Untuk anda yang tidak mau repot beli kain untuk dijadikan kemeja, tersedia kemeja batik ready to wear dengan motif songket. Sepertinya batik ini hasil print mesin di pabrik, sehingga saya tidak memutuskan membeli walaupun murah karena lebih memilih kain handmade.

Dari berburu singkat di sini karena mengejar Sholat Jumat, saya berhasil mengantongi kain jumputan, sarung dan Tanjak yang merupakan ikat kepala pria khas Palembang. Bagi anda yang berminat, hasil kerajinan tangan seperti dompet atau pun hiasan dinding tersedia di pasar ini. Selain Pasar kito, Paragon Mall pun meyediakan barang-barang yang sejenis. Harga di sana relatif lebih mahal karena tempatnya pun lebih bergengsi.

blongsong


songket


tanjak dan jumputan

3. Martabak HAR

Sepertinya tidak lengkap berkunjung ke suatu daerah tanpa mencicipi kulinernya. Kalau menyebut Palembang, Martabak HAR adalah salah satu jenis makanan yang paling diingat. HAR adalah singkatan dari Haji Abdul Rozak. Beliau dan martabak HAR bagaikan Steve Jobs dengan Applenya #perupamaankacau. Yang membedakan dengan martabak biasa adalah kuah kari kentangnya yang terasa memanjakan lidah dengan rempah merasuk di bumbunya....Slurp...Oh ya, kalau martabak biasa berisi telur dan sayuran, Martabak HAR hanya berisi telur.

Di Palembang sendiri, Martabak HAR tersebar di beberapa tempat. Kalau tempat yang terenak, itu selera sih ya...tidak bisa dipaksakan. Yang pasti saya mencoba martabak di kawasan Sekip... (itu yang terenak versi teman saya yang asli palembang km12, banyuasin)

Untuk seporsi Martabak, anda cukup mengeluarkan uang sebesar Rp.15.000,- Bagi anda yang ingin menu lain, Martabak HAR juga menyediakan Roti Canai dan Nasi Briyani.







4. Nyenyes






Jogja terkenal dengan Dagadu, Bali tekenal dengan Joger. Palembang pun tak mau kalah dengan kaos plesetan katanya. Nyenyes adalah merk yang terkemuka dalam urusan memparodikan budaya palembang dengan dunia anak muda harapan bangsa. Kaos-kaos lucu dengan harga terjangkau bagi anak muda atau berjiwa anak muda, menjadikan nyenyes produk urban terkini yang bisa ditenteng pulang untuk dijadikan buah tangan.

Nyenyes memiliki jargon: "Terasa Nian Palembangnyo", seakan akan ingin menunjukkan bahwa si pemakai kaos pernah menjejakkan kakinya di bumi wong kito galo atau sebagai salah satu duta untuk memperkenalkan dan mengajak berkunjung ke Palembang bagi siapa saja yang melihatnya

Harga dari kaos Nyenyes relatif terjangkau, sekitar Rp.95.000,- dibedakan tiga jenis : mangcek untuk pria, bikcek untuk wanita, dan budak kecik untuk anak kecil. Saya sendiri setelah sekian lama bingung memilih, akhirnya memutuskan membeli..... Sehelai stiker seharga Rp.10.000,- hehehe..













5. Land Mark

Foto-foto adalah wajib bagi setiap traveler, selain sebagai tanda pengingat bahwa pernah berada di suatu tempat, juga sebagai sarana pamer bagi rekan sejawat...hihi

Bicara tentang Palembang, orang akan mengaitkannya dengan Ampera. Sebagai Salah satu jembatan yang populer di Indonesia, Ampera telah diabadikan beribu-ribu kali dalam memory card camera atau handphone. Tidak heran karena jembatan klasik ini kecantikannya tidak kalah dengan jembatan San Fransisco di negaranya Emma Stone sana. Apalagi kalau malam hari ketika lampu-lampu berwarna-warni memancarkan pesonanya. Membalut indah penuh cita rasa #duhbahasanya

benteng kuto besak

Dimana spot yang paling pw (posisi wuenak) untuk bernarsis ria? setiap orang pasti akan menunjuk suatu tempat terbuka di sisi sungai Musi, sebuag plaza tempat orang-orang bisa menikmati Landmark Palembang ini dengan sempurna. Tempat ini berlokasi dekat dengan bundaran air mancur di pusat kota.. tinggal ngesot aja nyampe.

Di tempat itulah anda bisa melampiaskan hasrat anda untuk bergaya bak supermodel handal. Tak hanya Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak dan Museum Sultan Badaruddin II pun terletak dalam satu lokasi. Jadi sekali merengkuh dayung, tiga photo spot telampaui bukan?

Benteng Kuto Besak merupakan gedung peninggalan sejarah yang dahulunya merupakan keraton pusat kesultanan Palembang. Kini bangunan tersebut digunakan oleh Komando Daerah Militer Sriwijaya. Hal tersebut menjadikan saya hanya bisa berfoto ria di luar, karena tidak ada keterangan bahwa benteng tersebut adalah tempat wisata yang bisa dikunjungi untuk umum


Lepas dari benteng, kaki ini melangkah ke arah Museum Sultan Badaruddin II. Dari dulu saya paling gemar kalau diajak ke museum. Selain sarat akan pengetahuan, bagi saya melihat barang-barang tempo dulu akan memperkaya jiwa dengan nilai-nilai kehidupan yang arif dan belum terpolusi oleh modernisasi. Hal ini ditambah dengan kebiasaan ayah saya dulu yang sering mengajak anak-anaknya berkunjung ke situs sejarah tiap akhir pekan.

Sayangnya keberuntungan belum berpihak pada saya. Museum tutup karena dalam masa renovasi. Rupanya tiga kali berkunjung ke Palembang belum mengizinkan saya untuk menengok khasanah budaya Palembang lewat museum ini. Tidak mau rugi, teteup dong ya...jepret sana-sini.




seleb bukan, sih? :p

6. VICO




Sore hari menjelang pulang ke rumah teman tempat nebeng, saya menyempatkan diri untuk mencicipi kuliner khas Palembang lagi. Kali ini benar-benar khas. Siapa sih yang tidak kenal pempek? Walaupun di Lampung juga bertebaran di mana-mana, rasanya kurang afdol kalau tidak mencoba penganan dari adonan ikan dan sagu ini. Tanah kelahiran pempek gitu loh...

Kali ini saya mencoba pempek Vico, salah satu merk yang terkenal di sini . Entahlah.. Setiap kali makan pempek di Palembang, hanya ada dua rasa bagi saya. Enak dan Enak sangat...hahaha. di tempat ini juga menyediakan sajian lain seperti model, tekwan, ataupun lenggang sama halnya dengan gerai santap pempek lain. Bagi anda yang masih terasa asing dengan nama-nama kuliner di atas, berikut panduan singkatnya :
  • Kapal selem: Pempek ini memakai telur sebiji utuh yang dibungkus dalam adonannya. makannya pake cuka, semacam saus coklat kehitaman yang terbuat dari gula merah dan cabe rawit
  • Tekwan: sup ala palembang dengan inti hidangan adonan sagu dan ikan yang dibentuk kecil-kecil ala bakso. Kuahnya sendiri beraroma udang dengan tambahan bengkoang,bihun, dan jamur. Tak lupa ditaburi seledri, daun bawang dan bawang goreng..Mantap euy...
  • Model: mirip-mirip kapal selem, tapi ada tahunya. Pake kuah kaldu udang juga seperti tekwan. #duh...deskripsinya labil nih..hehe
  • Lenggang: Pempek dalam telur dadar, pake cuka juga makannya
Sebenarnya kuliner Palembang sangat kaya. Masih ada Burgo, mie celor, berbagai varian pempek dan lain-lain. #ngecessambilnulis. Tapi kesamaannya dapat ditarik garis besar dengan adanya pengaruh komunitas Tionghoa dalam proses pembuatan dan bahan bakunya. dan jangan lupa es campur kacang merah sebagai penutup sajian anda.





berbagai varian pempek


model, sejenis Tyra Bank. hihihi



es campurnya, kakak!

7. Jakabaring Sport City




Sore menjelang malam, kawan saya ingin menunjukkan kawasan Olahraga tempat diadakannya SEA Games 2011 kemarin. Seperti yang terlihat diberbagai penjuru kota, euforia Sea Games masih terasa. Paling tidak berbagai atribut, spanduk, ataupun maskot masih bertebaran. Hal ini menandakan kalau Palembang sangat serius menggarap event dua tahunan ini.

Terlepas dengan berbagai kontroversinya, Jakabaring Sport City adalah pusat olahraga yang mengagumkan dan dapat dibanggakan Indonesia dan khususnya warga Palembang. Akankah Sarana yang megah ini akan berlanjut terus terpelihara setelah SEA Games usai?


ketemu pemain timnas nih, sapa hayo?


kalo yang ini sapa ya?



agnes nyanyi dimari kan?


wisma atlet, tempat yang ngehits di berbagai pemberitaan

5 komentar:

  1. ente belum pernah coba yang ekonomi kan mas, ane pernah. keluar dari gerbong lecek kabeh wes...keuntungannya : murah dan bisa liat2 pemandangan disepanjang perjalanan, soalnya kalo exce ama bisnis kan malem berangkatnya, bawaannya tidur terus...


    ada yang kurang mas, pulau kemaro (kalo gak salah namanya, kemaro atau kemarok atau kemaru, tau lahhh :D), bisa naik ketek/getek dari BKB. perjalanan ke sana ntar lewat di belakang pabrik pupuk, PUSRI

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo kelas ekonomi di jawa, KA Bengawan rute Jakarta-Solo sering pip waktu kuliah.

      Pulau Kemaro? nantikan part 2 ya....hehe

      Hapus
  2. owh,..dah pernah to, sampean memang jiwa traveling nya selangit :p

    kelas ekonomi jawa ama sumatera beda mas, coba lah...ben kumut2.haha

    BalasHapus
  3. wah...bukan jiwa travelingnya yang selangit, tapi ingin lebih merakyat... haha *padahal duite mepet*

    BalasHapus
  4. ketauan ga tau bola...wkwkwkwkw

    BalasHapus