Minggu, 22 November 2009

2012









Hm...Film yang sensasional tahun ini...dari segi berita tentunya..Heboh di segala media cetak dan elektronik menjadikan film ini booming dan untung besar...dari mulai pemboikotan sejumlah organisasi karena katanya bisa merusak iman, sampai berimbas ke full book nya hampir semua jaringan bioskop di Indonesia (ups...beberapa kota maksudnya...mengingat distribusi sarana dan prasarana hiburan layar lebar belum merata). Belum lagi ditambah beredarnya DVD bajakan yang gampang ditemui di penjuru kota (contohnya di berbagai halte busway..)

Saya sendiri melihat trailer Film ini waktu nonton Transformer: Revenge of the Fallen di Kota Batam 21 BCS Juli 2009..Wah..adegan yang fantastik full effect yang menghibur mata membuat saya berpikir (Wah..The Next Big Thing nih.. must see). Tentu saja saya tidak berharap banyak dari segi cerita..tapi dari visual effect penggambaran kehancuran dunia yang brilian..

Setelah susah payah mencari seat kosong selama beberapa hari di jaringan bioskop, akhirnya dapat juga seat kosong di jaringan Blitz megaplex di Grand Indonesia lante 8 (akhirnya orang udik bisa cuci mata di Grand Indonesia juga...he..he)

klo dari segi cerita sih ala Disaster Movie pada umumnya banget deh...pokoknya tipikal Roland Emmerich (sang sutradara): orang biasa yang menjadi pahlawan, pasangan suami isteri yang bercerai akhirnya rujuk kembali, hubungan ayah anak yang tadinya kacau jadi harmonis, dan penguasa atau pemerintah tapi bego gak bisa baca pertanda alam. dengan budget 200 juta dollar Zimbabwe...(US ding..he..he) maka fantasi liar dari teori earth-crust displacement (bila inti bumi terlalu panas, permukaannya akan hancur berkeping2) diwujudkan dengan spektakuler di sini.

notes: Saya sendiri setelah nonton jadi merasa setitik debu dibanding kekuasaan Alloh SWT. semoga menjadi lebih baik dalam beribadah kepadaNya..(mending ambil hikmah positifnya deh daripada ikutan aksi boikot gak jelas..^^)

Sabtu, 21 November 2009

KOTA TOEA BATAVIA



" MUSEUM SEJARAH JAKARTA " (aka Museum Fatahillah)
-- former Stadhuis of Batavia --

Kalo mau merasakan kehidupan sekitar 3 abad yang lalu di kota Jakarta, silakan mengunjungi kawasan kota tua di bagian utara Jakarta..tinggal naik bus Transjakarta atau yang lebih dikenal dengan busway koridor I Blok M-Kota...turun di Halte penghabisan Kota...sampe deh. Tinggal jalan kaki sepelemparan batu anda akan sampai di alun-alun luas bersetingkan bangunan2 kuno gaya Eropa di sekitarnya...dahulu ini dikenal dengan nama Stadhuis Plan...wuih baru kepikiran ke sini..Ke mana saja selama 3 tahun saya kuliah di Jakarta?..he..he kayaknya mall dan Dufan lebih menarik waktu itu.

Seluruh kawasan Kota tua Batavia ini berjarak sekitar 3-4 km. Jalan kaki atau Mengayuh sepeda Ontel adalah pilihan yang tersedia di sana. Saya sarankan untuk ke sana selain hari Sabtu atau Minggu. Mengapa? karena pada hari tersebut kawasan tersebut akan ramai sekali dengan pengunjung. Entah itu ABG2 SMP yang sedang study tour tapi lebih mementingkan bergaya senyum 3 jari andalan di depan pocket camera atau hp samsung corby daripada menyimak penjelasan dari sang guru, atau pasangan2 kasmaran yang pengen foto pre wed ngirit dengan jepretan sahabat mereka. Selain itu saya juga menjumpai sejumlah remaja yang sedang melakukan photo session Buku Tahunan (jadi inget tema buku tahunan saya dulu...KOPAJA..haha) atau grup band indie sedang bikin video klip tema jadul. bahkan ada model yang sedang ngambil gambar untuk portfolio atau composite card pribadi. Pokoknya crowded banget dah...:(..




Sebagai tujuan pertama tentu saja bangunan unggulan kota tua. Museum Sejarah Jakarta. Dahulu kala bangunan dua lantai yang selesai dibangun 10 Juli 1710, digunakan sebagai kantor Balai Kota Pemerintahan Belanda pada lantai bawah dan sebagai kantor dewan pengadilan pada lantai atas. Sekarang pada lantai bawah anda akan menemui metamorfosa Jakarta dari zaman pra sejarah, zaman kerajaan taruma sampai sunda, zaman penjajahan sampai zaman megapolitan modern yang dipisahkan dengan ruangan berbeda untuk masing2 zaman. Sementara untuk lantai atas kebanyakan dijumpai berbagai furnitur2 antik yang digunakan kalangan aristocrat batavia zaman dulu. HTM adalah Rp.2.000,- saja (Coba lebih mahalan dikit, mungkin bisa digunakan untuk biaya perawatan agar lebih layak.








" HERMES STATUE "




" MERIAM SI JAGUR "




" THE BOY NEXT DOOR " ... (only in cinema ^-^)



" AIR MANCUR "




" WAYANG MUSEUM " ( FORMER CHURCH OF BATAVIA)









" GEDONG TOEA FOTO SESSION...:-) "






" KALI BESAR "




" JEMBATAN KOTA INTAN " ( KOTA INTAN DRAWBRIDGE )







" MENARA SYAHBANDAR " ( PORT TOWER )




" GALANGAN VOC RESTAURANT "




" PELABUHAN SUNDA KELAPA " ( THE PORT OF SUNDA KELAPA )






" PINTU AIR "





" MUSEUM BAHARI " ( MARITIME MUSEUM )













" MUSEUM KERAMIK DAN SENI " ( FINE ARTS AND CERAMICS MUSEUM)
-- former court of justice of Batavia --








Rabu, 18 November 2009

THE PIANIST



Music was his passion

Survival Was his Masterpiece.....

Mati lampu….so pathetic, mati gaya deh…Beginilah kalo hidup di propinsi yang belum merata..

Maksud kalimat saya di atas adalah berkaitan dengan salah satu kebutuhan pokok sejuta umat di dunia.ya…Listrik. Sampai dengan 2 tahun lebih saya hidup dan bernafas di propinsi paling ujung di Sumatera ini, masalah dengan byar pet adalah biasa..(Gila gak tuh, saat Negara lain sudah mulai mikirin bagaimana bisa mendaratkan manusia di belahan planet lain, kita masih dihadapkan dengan masalah yang itu2 aja)

Kalo di kosan saya gensetnya nyala, saya lumayan bisa bernapas lega. Walaupun belum maksimal dalam menyalakan semua piranti elektronik di kamar, paling tidak saya bisa menyicil membaca tumpukan buku yang belum sempat terjamah karena kalah dengan FB, Twitter, Ipod atau P990i di waktu senggang.

Apalagi kalo penghuni kosan tinggal segelintir orang karena berbagai keperluan, makin berkuranglah saingan saya dalam mendapat pasokan listrik dari sang Genset sakti. So, nonton DVD adalah pilihan utama.

Malam ini saya mencoba menonton DVD original keluaran PT Duta Cahaya Utama seharga Rp15.900,- (coba Film2 baru..harganya juga sekian…makin males deh beli bajakan..he..he). Judulnya The Pianist.

Kisahnya sendiri diadaptasi dari autobiografi Wladyslaw Szpilman, seorang pianis di Polandia yang menceritakan kegigihannya dalam bertahan hidup dalam perang Dunia II. Sepanjang pendudukan Nazi yang brutal (Gambar kekejaman perang di Film ini memang lumayan sadis, tanpa memandang SARA, saya tetap berkeyakinan bahwa perang mengorbankan hak asasi hidup rakyat biasa, hanya untuk kepentingan segelintir penguasa biadab tak berperikemanusiaan)

Anda dapat menikmati Film yang disutradarai oleh Roman Polanski ini dengan leluasa tanpa mengernyitkan dahi karena alur atau jalan cerita yang rumit..Akting Adrien Brody yang memukau mampu membuatnya menggondol salah satu dari 3 Oscar yang diraih Film ini di ajang Academy Award 2002. Suasana perang tahun 30-40an pun cukup detil, bahkan sampai jenis kendaraan atau senjata yang dipake.

Untuk DVD nya sendiri, dengan harga yang dikeluarkan dibandingkan kualitas yang didapat bisa dibilang memuaskan. Walaupun tidak ada feature2 menarik layaknya DVD premium yang harganya berkali2 lipat.Bagi saya asal Gambarnya tajam dan subtitle Indonesia maupun Englishnya sempurna…cukup membuat mata focus pada layar sampe teman yang memanggil dari luar kamar pun terabaikan..he..he

Notes: Saya punya dua DVD original Film ini..bagi yang berminat dapat menghubungi saya. Rencananya salah satu dari DVD ini saya jual yang hasilnya 100% akan saya gunakan untuk amal Mujahid di medan Perang.. ^^V)

Rabu, 11 November 2009

Tour de Anyer-Cilegon



Hari Jumat malam tgl 6 November 2009 pukul 09.30 pm adalah waktu yang disepakati oleh kami ber-8 (saya, zainal, bro, yus, anang, ryan, aik, dan aziz) untuk memulai tour de Anyer-Cilegon. kami berangkat dengan akomodasi 5 motor yaitu : Supra, Mega pro, Pulsar, Vixion, dan Tiger --what a great combination..he..he--



Ketika sampai di suatu SPBU di daerah Kalianda, kami rehat sejenak sambil melemaskan pantat yang agak kram...:p sekalian menuntaskan panggilan alam di toilet setempat



Memasuki pelabuhan, kami membayar rupiah sejumlah Rp 28.000,- per motor dan menghabiskan waktu di dek atas. Berhubung agak lelet nih jalannya sang kapal, masing2 anak beraktifitas sendiri2 untuk membunuh waktu.. Ada yang dengerin Ipod, baca Rolling Stone edisi cover Madonna, pose sambil foto narsis gak jelas,..sampai kegiatan klasik...Molor..

Akhirnya kami sampai di tempat singgah kami (saudara di komplek perumahan Krakatau Steel) ketika Adzan Subuh berkumandang.

Sekitar pukul 09.00 pagi, kami berangkat menyusuri jalan legendaris Anyer-Panarukan yang membuat nama Gubernur zaman Hindia Belanda: Daendels menghiasi buku2 mata pelajaran Sejarah Nasional waktu SD hingga SMU. (eh...btw Daendels apa JP Coen sih?..atau jangan2 Rafles lagi..maklum Nilai sejarah dulu agak mengkhawatirkan..he..he)



Dengan begitu banyak pilihan pantai di daerah Anyer, Bro yang telah berpengalaman ke Anyer sebelumnya memutuskan pergi ke pantai yang terletak di ds Bendulu kec Rancalembang..

Gerbang masuknya sih melewati gang senggol gitu saking sempitnya. Gang tersebut diapit oleh hotel mewah. Awalnya sih Geer melihat depan hotel yang keren...ternyata kami cuman lewat doang..he..he (gak papalah...minimal kami udah foto2 dengan background bangunan hotel).

Tiket masuknya murah abis lho...cuman Rp5.000,- per motor...itupun dikelola masyarakat setempat untuk pembangunan Musholla Al Ikhlas di desa tersebut (kok saya sebegitu tahunya?..yah...mengingat kebiasaan saya menyimpan memorabilia traveling-- teman saya menyebutnya suka menyimpan sampah -- info tersebut tercetak di Karcis Tanda Masuk warna Pink di Kertas HVS ukuran 5x20 cm.)








Begitu sampai pantai, saya agak spechless sejenak melihat pemandangan pantainya. Masih bagusan pantai2 di Lampung sih...tapi apa pun kondisinya, saya selalu terbius dengan pemandangan pantai. Apalagi suasana Bangunan Hotel di sepanjang mata memandang belum dapat ditemui di Lampung.

Berhubung sudah gatal merasakan asinnya air pantai, dan setelah nitipin barang bawaan di warung terdekat, kami buru2 langsung bermain air pake papan seluncur sewaan 5ribuan warna-warni. dari mencoba bergaya dan beraksi ala penjaga pantai...sampe perang pasir basah. Kayaknya Masa Kecil Kurang Bahagia adalah ungkapan yang tepat bagi kami ber-8..^^

Rasa capek dan lapar langsung menyerang setelah beberapa jam bermain.. Mie ayam dan kelapa muda yang dipesan langsung ludes tanpa tedeng aling2...bahkan tanpa bersihin badan terlebih dulu..he.he



Kalo mau bawa souvenir, rasanya semua kios menjual kaos souvenir dengan kartun yang lucu plus harga yang terjangkau. Saya sendiri beli celana pendek garis2 biru muda seharga Rp15.000,- (lumayan....kainnya enak buat tidur)






Fasilitas permainan di pantai ini standar pantai2 lain sih. Ada ATV, Banana boat, atau kalo iseng nyoba motor air (istilah yang diberikan oleh seorang teman saya di Magelang)






Anda khawatir terjadi sesuatu yang tidak diharapkan ketika asyik bermain di pantai? Tim SAR yang berseragam Oranye Hitam siap siaga selalu untuk membantu. bahkan kami dizinkan untuk mandi di kantornya. sholat pun kami lakukan di Atapnya yang juga berfungsi sebagai gardu pandang. Sayangnya personil SAR layaknya artis2 Baywatch tidak kami temukan. Mungkin kalo ada malah gak pulang ya..:O --pikiran kotor kudu dicuci mode on--



Motor dijejer sebelum pulang...kami pun berpose sebagai bukti bahwa tagline "Anak rantau di Metro was here" telah tertera di tanah dan air Pantai anyer.





Pulang dari pantai kok masih Laper? Rumah makan Asmawi di tengah perjalanan balik ke Cilegon menjadi saksi kerakusan kami.. Sate Kambing, bebek dan ayam merupakan menu yang dipesan.. Selain itu tersedia Sate kerbau dan sate ati...

Sore menjelang malam, perjalanan dilanjutkan untuk menjelajahi Kota Cilegon. Kota yang mengandalkan Industri sebagai sektor unggulan ini sebenarnya cuman membutuhkan waktu 15 menit untuk mengitari kotanya.. kami memilih Cilegon 21 di ramayana untuk memulihkan tenaga sekalian istirahat setelah seharian bermain di pantai..Saya sampai tertidur di sofa bioskop. Entah karena kecapekan atau karena boring dengan jeleknya film "Perjaka Terak***" (Gila rasanya sayang banget ngamburin 8 tiket... Tahu gitu mending "Serigala Terakhir" atau lihat Wulan Guritno di "Ruma Maida" deh)




Malam mingguan kami habiskan di Palm Hills..suatu kawasan perumahan perbukitan yang terletak dekat Krakatau Steel yang jadi tempat gaul dan hang out anak muda di Cilegon. View langit malam dengan kerlap-kerlip lampu perkotaan Cilegon di kejauhan membuat tempat ini istimewa. Tempat gaulnya sendiri seperti food Court di tempat terbuka. berbagai makanan dan minuman yang tertera di belasan lembar menu tersedia di meja.Kalo kita mau pesan kita tinggal mengacungkan menu..pelayan di gerai yang menunya kita angkat langsung buru2 datang...(he..he heran juga dengan kecepatan mereka mengenal menu mereka masing2)

Banana split, blueberry pancake atau beragam juice adalah contoh menu yang tersedia...Salah satu menu unik lainnya adalah Shisa...Rokok ala Arab yang dicoba dipesan oleh Yus dengan aroma bubble gum..Apel, melon, dan capucino adalah aroma unik lain yang saya ingat..Shisa cukup anda tebus dengan harga Rp20.000,-. (Jadi ingat punya Shisa oleh2 dari Mesir di rumah...selama ini cuman jadi pajangan di kamar tamu tanpa tahu cara pemakaiannya)



Hari Minggu pagi kami memutuskan untuk kembali ke Metro tercinta...sebelum menyebrang ke Sumatera, Pemandangan di sekitar pelabuhan Merak mampu membuat kamera2 saku menjalankan aksinya untuk memuaskan hasrat narsis empunya..:P



Dalam penyebrangan di Selat Sunda, Ruang AC Rp 4.000,-menyejukkan dan menghibur dengan tayangan Mission Imposible di stasiun HBO...(Jarang2 nih...biasanya drama kolosal zaman Susanna Menjadi langganan).. Sambil nonton, pop mie dan Indocafe menemani perut yang sering keroncongan padahal udah sarapan bubur ayam. Mulut agak ingin misuh2 setelah mengeluarkan Rp.30.000,- untuk 2 pop mie, satu kopi dan satu aqua gelasan...Gimana tidak? Aqua gelasan dengan harga 4 lembar seribuan....--mikir2 lagi lain kali--




Sebelum kapal merapat di Bakauheni, bergaya dulu ala Leonardo di Caprio di Titanic...



Touring pake motor kali ini diakhiri dengan melewati jalan lintas timur (duh saking sepinya berasa di jalan tol)...Glompong 005 adalah rumah makan di Way Kambas yang kami singgahi...rasanya waktu berlalu begitu cepat...

Alhamdulillah pukul 05.00 sore kami tiba dengan selamat di Metro dan siap untuk kembali menjalani hari untuk bekerja kembali setelah otak kembali fresh dengan perjalanan 2 hari yang menyenangkan.

Notes: to Pakde Dur sekeluarga, thanks for everything....