Tampilkan postingan dengan label movie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label movie. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 April 2012

The Billionaire, Rumput Laut yang Mendunia



Menikmati film di sore hari sambil ditemanin cemilan dan secangkir teh hangat memang ciamik. Bosan dengan film hollywood dan mau mencari alternatif lain? Bagaimana kalau film Indonesia? hmm...ketika genre hantu sudah berkolaborasi dengan peralatan rumah tangga seperti gayung, cari yang lain dulu deh.

Ada rekomendasi Film dari seorang teman di wall facebook tentang sebuah film yang menginspirasi dari Thailand. Berdasarkan film-film yang saya tonton sebelumnya, Thailand selalu mempunyai kekhasan di mata saya. Sesuatu yang mempunyai nilai lebih seperti cerita yang bisa memberi hikmah tanpa menggurui atau paling tidak sesuatu yang membuat saya tersenyum di akhir cerita. #ketularan syahrini nih lama-lama #pasangjambul

Saya mencoba menikmati tanpa mencari tahu terlebih dahulu segala sesuatu tentang film ini. Judulnya: The Billionaire. based on true story.

Ringkasan ceritanya:
Saat usia 16, Dia adalah pencandu game online.
Saat usia 17, Ia putus sekolah untuk menjadi penjaja kacang.
Saat usia 18, Keluarganya bangkrut & meninggalkan hutang 40 juta Baht.
Saat usia 19, Dia menciptakan cemilan rumput laut 'Tao Kae Noi' yg dijual di 3.000 cabang 7-Eleven di Thailand.
Kini, di usia 26, Ia adalah produsen cemilan rumput laut terlaris di Thailand, berpenghasilan 800 juta Baht per tahun & mempekerjakan 2.000 staf.
Namanya Top Ittipat, dan ini adalah kisah nyata hidupnya yang luar biasa.

Bagaimana menurut anda? mengingatkan dengan "The Pursuit of Happyness "-nya Will Smith bukan? sebuah kisah from zero to hero. Walaupun eksekusi film ini belum sehebat TPoH, ada beberapa moral story yang dapat saya ambil dari film ini:
  1. Ada adegan ketika si Top ini hampir diusir dari Mall karena gerobak dagangan kacangnya mengotori atap. Ketika malam hari si Top berusaha membersihkan dan mengecatnya malam hari, si ibu dengan setia menemani. Ibu adalah malaikat berwujud manusia, sebandel atau senakal apa pun dirimu, ibumu selalu setia menjaga dan berusaha berada di sampingmu. Pun ketika si ayah udah terlalu jengkel dengan Top, si ibu selalu menengahi. Dan selalu membesarkan hati si Top ketika usahanya selalu gagal, bahkan ketika saling berjauhan via telepon karena si ibu tinggal di Cina. Bukankah ini klise karena Ibu memang harusnya seperti itu? ya, paling tidak adegan tersebut berkesan bagi saya, dan membuat buru-buru menelepon ibunda tercinta karena jarak yang jauh. (bersyukurlah bagi anda yang bisa bertemu tiap hari)
  2. Man Jadda wa Jadda, barang siapa yang bersungguh-sungguh ia akan mendapatkannya. Tagline film Negeri 5 Menara bisa disamakan dengan tagline film ini: Ketika Kau berpikir kaya maka kau akan kaya. Kalimat dari salah satu dosennya ini dicoba diresapi oleh Top. Tentunya hal ini ditambah dengan usaha pantang menyerah. Terlihat dari adegan ketika si Top habis-habisan dengan segala daya dan upaya bahkan hingga menjual seluruh harta benda yang tersisa demi memenuhi segala persyaratan yang diinginkan oleh  7-Eleven sebagai distributor produknya.(yaa. tempat hangout abg-abg gaul Jecarda ini akan bertaburan sepanjang film). Hasilnya: 7-Eleven pun menyetujuinya di saat Top sudah pasrah karena sudah mengerahkan semua usaha.
  3. Kalau kata si pengarang buku 7 Keajaiban Rezeki Ippho Right, ada dua bidadari dalam memudahkan kita dalam mengunduh rezeki. Hal itu sepertinya terjadi pada Top. Bidadari yang pertama adalah ibu, yang kedua adalah istri. Si Top ini memang belum punya isteri, tapi sebenarnya bidadari kedua sudah di depan mata. bagaimana tidak? ketika Top sudah jatuh miskin karena keluarganya bangkrut dan sekolahnya gagal total, ada si gadis yang selalu membesarkan hati, menemani, sampai memotivasi Top untuk kembali menekuni bangku kuliah. Bahkan ide untuk berbisnis cemilan rumput laut berawal dari si gadis tanpa disadarinya. Masalah apakah si Gadis ini benar-benar menjadi bidadari kedua Top? tonton aja filmnya ya...takut spoiler hehehe.....
  4. Suap menyuap dalam memudahkan segala urusan kelihatannya jamak dilakukan di Thailand dalam Film ini. Dalam beberapa kejadian hampir saja niat itu terlaksana. Tapi entah karena pihak yang mau disuap yang malah tersinggung dan malah menasehati atau karena hal lain, hal tersebut gagal. Wow, suatu pesan halus yang disisipkan oleh pembuat film tanpa kesan menggurui.
Overall, film ini layak ditonton terutama bagi anda yang mau memulai berwiraswasta. Siapa tahu bisa menjadi mood booster dalam menggapai keinginan. Selamat menonton.

PS:

  1.  If you notice, the real Tao Kae noi , Ittipat, is also appear in nearly at the end of the movie " The Billionaire".The shot of the Banking scene that the movie character Ittipat(Peach Pachara Chirathivat) walking by, and the real Ittipat is smiling to him. (This scene has a big applause from the Thai audiences)
  2. Tak perlulah aku keliling jecarda demi 7-eleven, sudah bersua dengan Tae kae Noi di alfamart kotabumi lampung..hehe

source gambar dan ps : kaskus  thread The Billionaire {2011} Thai Movie Portrays Young Seaweed 'Tao Kae Noi' Snack Tycoon oleh vxcell


penampakan si cemilan

the real Ittipat aka Top. (26 years at 2010)

Jumat, 25 Desember 2009

AVATAR (2009)..yang versi 3D




Akhirnya bisa juga nonton Avatar..kebetulan lagi jalan2 di kota Pahlawan..Ternyata XXI Surabaya Town Square menyediakan dua pilihan..mau nonton Avatar yang biasa ada..yang 3D ada juga. Masing2 ada keunggulannya. Klo yang biasa ada text subtitlenya sementara yang 3D tidak...tentu saja sensasi visual yang didapat akan lebih terasa apabila kita menonton yang versi 3D....itu pun mesti antri setelah beli tiket pukul 14.00 dapet yang tayang pukul 18.25

Setelah Sholat Maghrib di basement berjamaah (kayaknya kebanyakan jamaah juga mo nonton juga) semua penonton sudah berjubel di pintu gerbang teater 3. Rupanya perlakuan buat film 3D sedikit berbeda daripada yang biasa..petugas kelihatan hilir mudik mendorong gerobak berisi sejumlah kacamata 3D untuk dibersihkan dan ditata ulang..tentu saja waktu menjadi sedikit lebih molor dari jadwal yang telah ditentukan.



Hore akhirnya duduk juga sambil memakai kacamata 3D...trailer yang diputar sebelum film dimulai adalah Alice in Wonderland yang dibintangi Johny Depp versi 3D. Hohoho..karena baru pertama nonton bioskop versi 3D..rasanya amazing ya...(norak mode on)



Kisah filmnya sendiri tentang seorang eks marinir yang berkursiroda bernama jake Sully (Sam Worthington) yang dipanggil untuk mengikuti sebuah ekspedisi khusus mengeksploitasi sebuah planet asing..Pandora untuk menguras Sumber Daya yang terdapat di sana. Agar lebih bisa membaur dengan penduduk Asli yang disebut Na'vi (biru dan berekor...haha), maka tim tadi melalui program bernama AVATAR...jadi mereka memakai tubuh Na'vi untuk berinteraksi di Pandora sementara tubuh yang Asli tetap berada di markas. Dalam misi tersebut, Jake dapat kembali berjalan dengan Tubuh Na'vi setinggi 3 meter dan belajar untuk bermasyarakat dengan penduduk setempat.

Keadaan menjadi semakin komplek ketika Jake terlibat cinta lokasi dengan Neytiri (Zoe Saldana..yang jadi Uhura di Star Trek) seorang Na'vi cantik putri ketua Suku..(tetap saja berekor dan berhidung runcing..hehe ) sementara Program dari manusia malah akan merugikan penduduk Na'vi.



Dengan visualisasi yang luar biasa,Film terbaru karya Sutaradara James Cameron setelah Titanic (1998) ini menjadi sebuah tolak ukur baru di dunia perfilman.. Teknologi baru yang digunakan menjadi alasan yang jelas bagi James, mengapa film ini begitu lama keluar padahal James sendiri telah menulis naskah ini pada tahun 1994..Budget yang fantastis (kabarnya mencapai hampir 500 juta dollar) membuat pertanyaan bagi banyak kalangan, bagaimana kesuksesan di pasaran?



Bagi saya pribadi, film ini termasuk most entertaining movie 2009...kayaknya duit 50.000 yang keluar sebanding dengan apa yang diperoleh.Sayangnya kacamata 3D nya gak boleh dibawa pulang sebagai souvenir..haha.

"Mas-mas kacamatanya?"pinta mbak2 cantik petugas bioskop ketika saya dengan cuek bebeknya berjalan lurus ke depan pintu Exit sambil berharap mbaknya lupa minta.."O iya mbak, maaf lupa" hihihi :p

Bagaimanapun film ini bukan berdasarkan buku atau remake film terdahulu..jadi mungkin kerja keras tim membuat dunia imajinasi baru dengan seluruh penduduk beserta kebudayaannya (bahkan bahasa kaum Na'vi pun diciptakan khusus oleh ahli bahasa) dari nol serta cerita yang asyik (kayaknya agak mirip Pocahontas ya..) layak mendapat award yang sesuai...Oscar mungkin?


Minggu, 13 Desember 2009

STAR TREK (2009)



Awalnya sih males mo nonton film ini. Mengingat bahwa saya bukan lah seorang penggemar star trek yang tahu segala sesuatunya layaknya orang2 yg terkumpul dalam komunitas penggemarnya..Bahkan waktu stasiun TV lokal menayangkan salah satu serialnya (karena versi TV nya ada banyak) tidak tertarik untuk mengikuti karena gak paham dengan alur ceritanya.


Tapi setelah menonton Film arahan JJ Abrams ini, kesan malas tadi hilanglah sudah. Karena bagi anda yang belum tahu sama sekali tentang Star Trek, Film Layar lebar ini seperti memandu anda untuk lebih dalam mengenal karakter2 utama asli mulai dari awal.



Film ini mengisahkan James T. Kirk (Chris Pine) dan Spock (Zachary Quinto) sebelum mereka bersama-sama menjadi awak USS Enterprise melawan Nero (Eric Bana), seorang dari bangsa Romulan dari masa depan yang mengancam United Federation of Planets. Jadi awal mula kelahiran dari Kapten James T Kirk akan kita ketahui..bahkan juga masa kecil dari Spock yang blasteran manusia dan bangsa Vulcan juga diceritakan di sini..Mungkin Film ini bisa jadi semacam prekuel dari Film Star Trek yang lain kali ya...



Untuk pemerannya sendiri ada Chris Pine yang pernah main di Princess Diaries 2 bareng Anne Hathaway, kemudian ada Zachary Quinto yang ngetop jadi Sylar di Heroes. Eric Bana yang pernah jadi Hulk, yang paling mencuri perhatian saya adalah si cantik Zoe Saldana sebagai Uhura yang eksotis banget..Selain itu jangan lupa ada peran kecil dari seleb klepto Wynona Rider sebagai ibunya Spock..(hehehe baru sadar setelah baca credit title dia akhir film)



di bawah ini adalah perbandingan pemeran Star Trek zaman dulu dan sekarang :



Selesai nonton Film ini saya jadi sering mencoba mempraktekkan the vulcan salute yang jadi ciri khas dari karakter Spock, yaitu sebuah cara pemberian hormat kepada lawan bicara dengan menggabungkan jari2 tangan membentuk huruf V..tapi antara jari tengah dan jari manis ya..susah sih...bahkan si Zachary Quinto saja musti menggunakan lem yang biasa digunakan di dunia medis..(tahu dari majalah)...Anda ingin coba?

Selasa, 08 Desember 2009

Children of Men (2006)



Abis jalan2 belanja daleman (tahu kan artinya?... sesuatu yang tersembunyi tapi penting^^) di Chandra Superstore...Masalah klasik anak kosan, cucian yang ketuker malah hilang entah kemana)

Laper?.... Masalah klasik saya ketika jarum jam menunjuk pada angka 9. Padahal sudah makan malam setelah Maghrib...Belok ke KFC pesen Colonel Yakiniku...take and away.

Acara TV bikin boring? sinetron sampah dan tayangan gak penting lainnya. Masalah klasik stasiun TV di Indonesia...(Iri dengan kosan Tedy yang udah pasang Indovi***n...:p )

Teh Manis Panas?..Masalah klasik...(hm...actually not).It's just my classic habit.. no day and night without hot tea...

Kalo saya udah mengalami semua kejadian di atas, pelarian saya hanya satu..sebuah benda elektronik hitam bergrafir LG yang ditebus dengan 5 lembar Ratusan Ribu Rupiah di WTC Mangga dua 3 tahun silam..yah DVD player..berpasangan sehidup semati dengan super slim TV 21" dari pabrikan yang sama plus Simbadda Active Multimedia Subwoofer System BM 905 (thanks to Santo yang sudah bersusah payah gotong2 dari Jakarta...) jadi deh Home theatre ngirit versi saya...Semoga keinginan punya home theater yang bonafid bisa terwujud..


Kali ini adalah giliran VCD hasil beli di Gramed (lagi2 barang diskon Rp.12.500,-)...Children Of Men. Film ini disutradarai oleh Alfonso Cuaron---salah satu fav saya lho, berawal dari Great Expectation tentunya--- dan dibintangi Clive Owen serta Julianne Moore. Based on novel by P.D. James.

Plot Filmnya : Tahun 2027, ketika tidak ada anak yang lahir setelah 18 tahun dan saat itu para ilmuwan sudah kehilangan kata-kata untuk menjelaskannya. Populasi manusia asal Afrika dan Eropa timur mengalami kemusnahan dan berencana migrasi ke Inggris dan negara-negara yang kaya. Saat kekacauan besar terjadi di sana, Theo Faron, seorang aktivis perdamaian asal London berubah halauan dan ikut bergabung gerakan kaum revolusi bersama mantan istrinya untuk menyelamatkan seorang wanita yang hamil secara misterius demi keselamatan umat manusia.

Kesan saya: Plot film yang menarik..banyak adegan yang bikin shock (Tak ragu2 dengan nasib naas karakter2 penting--i don't want to tell u..hehe--). Nice sound editing.. pas adegan bom di awal film dan ketika war scene sama pas ada bunyi alarm khusus desainnya Jasper(Coba nontonnya di bioskop..:(


Selain itu ada beberapa Single Shot Sequences yang keren banget. Adegan Melahirkan dan ketika Theo melarikan diri dari the Fishes di tengah perang adalah contohnya. Academy Awards ke-79 pun menganugerahkan nominasi Best adapted Screenplay, Best Cinematography, dan Best Film Editing....Two Thumbs up.

Minggu, 22 November 2009

2012









Hm...Film yang sensasional tahun ini...dari segi berita tentunya..Heboh di segala media cetak dan elektronik menjadikan film ini booming dan untung besar...dari mulai pemboikotan sejumlah organisasi karena katanya bisa merusak iman, sampai berimbas ke full book nya hampir semua jaringan bioskop di Indonesia (ups...beberapa kota maksudnya...mengingat distribusi sarana dan prasarana hiburan layar lebar belum merata). Belum lagi ditambah beredarnya DVD bajakan yang gampang ditemui di penjuru kota (contohnya di berbagai halte busway..)

Saya sendiri melihat trailer Film ini waktu nonton Transformer: Revenge of the Fallen di Kota Batam 21 BCS Juli 2009..Wah..adegan yang fantastik full effect yang menghibur mata membuat saya berpikir (Wah..The Next Big Thing nih.. must see). Tentu saja saya tidak berharap banyak dari segi cerita..tapi dari visual effect penggambaran kehancuran dunia yang brilian..

Setelah susah payah mencari seat kosong selama beberapa hari di jaringan bioskop, akhirnya dapat juga seat kosong di jaringan Blitz megaplex di Grand Indonesia lante 8 (akhirnya orang udik bisa cuci mata di Grand Indonesia juga...he..he)

klo dari segi cerita sih ala Disaster Movie pada umumnya banget deh...pokoknya tipikal Roland Emmerich (sang sutradara): orang biasa yang menjadi pahlawan, pasangan suami isteri yang bercerai akhirnya rujuk kembali, hubungan ayah anak yang tadinya kacau jadi harmonis, dan penguasa atau pemerintah tapi bego gak bisa baca pertanda alam. dengan budget 200 juta dollar Zimbabwe...(US ding..he..he) maka fantasi liar dari teori earth-crust displacement (bila inti bumi terlalu panas, permukaannya akan hancur berkeping2) diwujudkan dengan spektakuler di sini.

notes: Saya sendiri setelah nonton jadi merasa setitik debu dibanding kekuasaan Alloh SWT. semoga menjadi lebih baik dalam beribadah kepadaNya..(mending ambil hikmah positifnya deh daripada ikutan aksi boikot gak jelas..^^)

Rabu, 18 November 2009

THE PIANIST



Music was his passion

Survival Was his Masterpiece.....

Mati lampu….so pathetic, mati gaya deh…Beginilah kalo hidup di propinsi yang belum merata..

Maksud kalimat saya di atas adalah berkaitan dengan salah satu kebutuhan pokok sejuta umat di dunia.ya…Listrik. Sampai dengan 2 tahun lebih saya hidup dan bernafas di propinsi paling ujung di Sumatera ini, masalah dengan byar pet adalah biasa..(Gila gak tuh, saat Negara lain sudah mulai mikirin bagaimana bisa mendaratkan manusia di belahan planet lain, kita masih dihadapkan dengan masalah yang itu2 aja)

Kalo di kosan saya gensetnya nyala, saya lumayan bisa bernapas lega. Walaupun belum maksimal dalam menyalakan semua piranti elektronik di kamar, paling tidak saya bisa menyicil membaca tumpukan buku yang belum sempat terjamah karena kalah dengan FB, Twitter, Ipod atau P990i di waktu senggang.

Apalagi kalo penghuni kosan tinggal segelintir orang karena berbagai keperluan, makin berkuranglah saingan saya dalam mendapat pasokan listrik dari sang Genset sakti. So, nonton DVD adalah pilihan utama.

Malam ini saya mencoba menonton DVD original keluaran PT Duta Cahaya Utama seharga Rp15.900,- (coba Film2 baru..harganya juga sekian…makin males deh beli bajakan..he..he). Judulnya The Pianist.

Kisahnya sendiri diadaptasi dari autobiografi Wladyslaw Szpilman, seorang pianis di Polandia yang menceritakan kegigihannya dalam bertahan hidup dalam perang Dunia II. Sepanjang pendudukan Nazi yang brutal (Gambar kekejaman perang di Film ini memang lumayan sadis, tanpa memandang SARA, saya tetap berkeyakinan bahwa perang mengorbankan hak asasi hidup rakyat biasa, hanya untuk kepentingan segelintir penguasa biadab tak berperikemanusiaan)

Anda dapat menikmati Film yang disutradarai oleh Roman Polanski ini dengan leluasa tanpa mengernyitkan dahi karena alur atau jalan cerita yang rumit..Akting Adrien Brody yang memukau mampu membuatnya menggondol salah satu dari 3 Oscar yang diraih Film ini di ajang Academy Award 2002. Suasana perang tahun 30-40an pun cukup detil, bahkan sampai jenis kendaraan atau senjata yang dipake.

Untuk DVD nya sendiri, dengan harga yang dikeluarkan dibandingkan kualitas yang didapat bisa dibilang memuaskan. Walaupun tidak ada feature2 menarik layaknya DVD premium yang harganya berkali2 lipat.Bagi saya asal Gambarnya tajam dan subtitle Indonesia maupun Englishnya sempurna…cukup membuat mata focus pada layar sampe teman yang memanggil dari luar kamar pun terabaikan..he..he

Notes: Saya punya dua DVD original Film ini..bagi yang berminat dapat menghubungi saya. Rencananya salah satu dari DVD ini saya jual yang hasilnya 100% akan saya gunakan untuk amal Mujahid di medan Perang.. ^^V)

Selasa, 27 Oktober 2009

Emak Ingin Naik Haji














Sejak SLTP, saya telah banyak membaca novel, epik, komik atau cerpen yang bernuansa Islam..Bermula dari pinjem majalah Annida dari saudara sampai menabung untuk beli buku bahkan bekas sekalipun. Dari Annida saya mengenal nama-nama terkenal seperti Helvy Tiana Rosa, Muthmainnah atau Asma Nadia. Karya2 mereka membuka mata saya bahwa cerita Islam itu tidak melulu tentang surga dan neraka. Gambaran yang mengerikan dari komik2 islam ala jualan abang2 di bus jurusan Jogja-Solo pun (maklum sering dibeliin nyokap..he..he) sirnalah sudah..

Masa SLTP pun menjadi masa transisi dari bacaan SD saya seperti Majalah Bobo, komik (Tintin, Smurf, Asterix, Astro Boy, Lucky Luke), tabloid Hoplaa ( sering ada bonus poster kartunnya...ada yang masih inget gak?..^^) dan novel petualangan karya Enid Blyton semacam Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu atau Trio Detektif....menjadi bertambah genre dengan bacaan Islami..Apalagi kondisi sekolah saya adalah boarding school/ modern pesantren...Makin lengkaplah referensi dari lingkungan sekitar..

Dari bacaan Islami yang waktu itu masih langka, saya dapat banyak hal. Mulai dari pencerahan (halah..bahasanya..hi..hi) atau terkejut-kejut seperti ketika beberapa teman cewek saya di SMU mendapatkan hidayah berjilbab setelah terharu berat membaca kisah Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa (bukunya masih ada lho...udah lecek setelah berpuluh kali berpindah tangan..:)

Yah..sekarang sih di toko buku sudah membanjir buku2 fiksi Islami. Bahkan yang mega best seller hingga difilmkan seperti Ayat-ayat Cinta (Menghibur tapi lebih milih bukunya..). atau Ketika Cinta Bertasbih (duh belum nonton sih...embel2 asli Mesir bikin penasaran juga..he..) Sepertinya penerbit bonafid sudah tidak ragu lagi untuk berlomba-lomba membuat lini fiksi Islami dalam terbitan mereka...Sesuatu hal yang sudah berkembang dengan baik satu dekade ini. Toko buku pun sudah memajangnya di bagian best seller dan bersebelahan dengan buku bermutu lainnya

Ketika kaki melangkah di toko buku Gramedia beberapa hari yang lalu, saya menemukan buku yang dipajang paling depan menyambut calon pembelinya...Foto ibu tua berjilbab lusuh serta Tulisan warna biru muda tertera di bagian cover dan terbaca "Emak Ingin Naik Haji"...cinta hingga tanah suci..

Awalnya sih gak tertarik...tapi nama Asma Nadia mampu membuat saya memasukkannya dalam kantong belanja. Apalagi diembel2i dengan "Saksikan di Layar Lebar..A Film by Aditya Gumay" dan 100 % royalti untuk sosial kemanusiaan.

12 kumpulan cerita dalam buku ini mampu menyentuh kalbu...Ada tiga cerita favorit saya:
  1. Emak Ingin Naik Haji.......saya setuju dengan pernyataan Reza Rahadian, Pemeran Zein dalam Film dari cerpen ini--Emak Ingin Naik Haji adalah sebuah cerita sederhana yang membuat kita menyadari arti penting sebuah perjuangan hidup, dan membuat saya semakin mengagumi dan mencintai sosok ibu-- Gaya penceritaan yang multitokoh dan multikonflik (mengutip pernyataan Republika) mengingatkan kita pada Film Babel yang dibintangi Brad Pitt. Kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya secara gamblang terlihat dalam cerpen, di mana ada pihak yang begitu menginginkannya berhaji tapi tiada biaya, sementara di sisi lain ada pihak yang begitu mudahnya berhaji berkali2
  2. Sepuluh Juta Rupiah.......membuat saya makin menyadari statement " don't judge a book by its cover" (sering saya tambahin sendiri..do by its price..he..he). Tokoh Oman dan Sri sekeluarga mampu menutupi sangkaan orang mengenai kehidupan elit mereka..suatu sindiran sempurna bagi mereka yang menganut "Trying hard to be somebody" dengan memperlihatkan mereka mampu punya ini itu dan show off dalam kehidupan sehari-hari.. (yah..rumah mewah atau mobil keluaran terbaru..^^) Masyarakat yang selalu ingin tahu dan bergunjing tentang tokoh utama pun mampu menggambarkan kondisi riil sekitar kita yang selalu bergosip dan cenderung "ngomongin orang di belakang"....
  3. Cinta Laki-laki Biasa.........hm...istilah saya bagi tokoh Rafli dan Nania adalah "unconditionally love"..(they really deserve it...:) ceritanya tentang sosok Nania yang digambarkan ideal segala sesuatunya mendapatkan suami Rafli yang S3 (sangat standar sekali) sebagai laki-laki dan bagai langit dan bumi perbandingan keduanya...Dan orang2 yang mempergunjingkan mereka tidak akan pernah tahu bahwa Nania sangat dan akan selalu bersyukur mendapatkan Rafli dalam kehidupannya dan jawaban keyakinannya dengan pilihan dan waktu tepat dengan jodohnya akan berakhir dengan indahnya seiiring berjalannya waktu (Hiks...hiks..terharu nih....)
Yah jadi gak sabar nunggu Filmnya..Dalam bayangan saya Sepuluh Juta Rupiah difilmkan juga dengan gaya film "Ketika" Deddy Mizwar...dan Cinta Laki-laki Biasa bisa difilmkan dengan gaya film "Love". Filmnya sendiri akan dibintangi: Niniek L Karim, Didi Petet, Reza Rahadian, Aty Cancer serta Runner up 2 Puteri Indonesia 2009 wakil Maluku Utara...Ayu Pratiwi.

Note: For my Parent....semoga lancar segalanya...Amien Ya Rabbal'alamin..

foto diambil dari blognya asma nadia serta majalah madina.



Kamis, 22 Oktober 2009

ORIGINALE VS PIRATE VS DOWNLOAD



Setelah puas jalan2 bersama dan mengantarkannya pulang, saya membelokkan supernova ke arah bangunan dengan tulisan "Ultra disc" dalam box menyala berpendar kekuningan di kegelapan malam..

Yah...salah satu spot favorit saya di kota ini adalah rental VCD Originale (walaupun tak jarang meluangkan waktu ke rental DVD yang beraura Glodok)...Karena yang asli menyuguhkan subtitle bahasa ibu dengan sempurna sehingga dapat memahami alur film dengan nikmatnya tidak seperti yang pirate yang menjanjikan subtitle indo tapi yang keluar bahasa planet milik negeri jiran...atau sok-sokan pake English tapi kata2 yang keluar beda dengan pengucapan tokohnya.

Begitupun kalau kita download film...ada file yang berformat srt tapi belum tentu memudahkan karena untung-untungan dapat kualitas tata bahasa yang baik...paling sempurna sih dapet downloadan yang ngopi dari yang originale..puas, murah, meriah, senang :)

so...keputusan tetap di tangan anda dalam menikmati film...semua punya kelebihan dan kekurangan.

FYI: yang murah format DVD dan originale...sekarang tersedia dengan harga 15.000..biasanya keluaran TOP movie entertainment atau Gramedia pun sering ngadain sale hingga harga vcd original yang 50.000 bisa turun drastis jadi 5000 --kemarin dapet Great Expectation nya Gwineth Paltrow cukup 10.000 saja--..( lumayan sering beli walau masih mimpi beli paket box Godfather dan Band of Brother yang harganya ratusan ribu itu...^^)

note: this review dedicated to "Lampung Tax Movie Club"

Sabtu, 17 Oktober 2009

MERANTAU







Apa jadinya budaya olahraga tradisional Indonesia digabung dengan tradisi yang mengakar dalam masyarakat Minangkabau dalam palet seni berwujud Film?...Jawabannya adalah MERANTAU.

Pilihan menonton Film Indonesia hari ini (bukan Film barat--istilah selain film Indonesia tidak peduli India,Perancis, atau Hong Kong-- kalau merujuk pada pernyataan pengelola bioskop metropole di Chandra superstore Metro City--) adalah tepat dan pasti kalau menonton di jaringan bioskop "selikur" di Central Plaza Bandar Lampung akhir2 ini. Gak tau deh.... dari 4 teater semua dirajai hasil produksi anak negeri. Bangga?..atau miris karena sering tidak berkesempatan melihat made in Hollywood. Merantau pun sudah diputar berbulan yg lalu di Pulau Jawa...Apapun itu saya bersyukur karena dari Februari 2008 sampai pertengahan tahun ini di bumi Lampung tidak ada bioskop yang representatif.

Akting Christine Hakim menjadi dorongan tersendiri untuk menjadi sedikit "antusias" menikmati film ini pada awalnya. Tapi setelah selesai menikmati sajian apik dari sutradara bule Gareth Evan ini ada sesuatu perasaan nyaman di dada. Perasaan yang hanya datang kalau saya tidak merasa rugi mengeluarkan rupiah untuk menebus sekitar dua jam tempat di sofa beludru merah darah.

Gerakan laga dan setting alam Minangkabau (wuih indah ya...kapan bisa travelling ke sana? dan dalam hati mendoakan bagi semua korban musibah Gempa 30 Sept yang lalu) telah memukau saya...Sudah lama tidak melihat film laga Indonesia yang keren..(kayaknya belum pernah deh..mengingat era Barry Prima dan George Rudy tidak masuk hitungan angkatan saya..he..he).Untuk segi cerita sendiri sih tidak ada adegan yang bikin kening berkerut karena memikirkan hubungan dengan adegan sebelumnya..

Singkat cerita film ini adalah tentang anak muda yang jujur baik hati dan tidak sombong yang masih naif kalo dinilai dari rekan dari daerah asalnya menjalankan tradisi merantau yaitu ''tradisi bagi anak lelaki di minangkabau untuk mencari pengalaman hidup" di kerasnya ibu kota dan malah terseret dalam kasus human traficking untuk mempertahankan nilai yang dianutnya. Film ini sangat cocok dinikmati oleh remaja zaman sekarang yang terbiasa hidup mudah dan nyaman dalam segala hal (Apalagi untuk anak2 Alay...cocok tuh..Gak perlu norak untuk jadi "someone" kan...he..he)

Akting Yuda (Iko Uwais) sebagai pendatang baru mungkin belum secermelang Lukman Sardi atau Nicholas Saputra (dalam ukuran jam terbang dan penghargaan kali ya..penilaian kan subyektif.....), tapi dalam aksi laga saya beri istilah naturally awesome...yah...dia kan emang bisa beneran bela diri. Apa pengaruh sutradara bule (Gareth Evans) menjadikan film ini pas dalam porsinya sebagai film dengan genre aksi laga dalam standar Indonesia ya?..Pastinya anda akan menemukan sesuatu yang beda dari sinetron aksi laga yang dibintangi Roge* Dhan*ar** yang pernah tayang di stasiun TV Indo**** dengan aksi laga yang lebih mirip sirkus karena berlebihannya.

Akhirnya saya merasa cukup puas...keluar dari bioskop (perasaan yang relatif sama seperti habis menyaksikan Pintu Terlarang..) Hanya saja ada hal yang mengganggu...kok ada sih beberapa orangtua bodoh yang mengajak anaknya yang berusia sekitar 6 tahun menonton film ini? Adegan kekerasan dan kata2 kasar dan kotor bertaburan di sepanjang Film ini dan berpotensi menjadikan trauma bagi anak di bawah umur. Mungkin sistem perfilman kita belum ada rating yang jelas seperti di amerika ya, tapi kan ada cap Dewasa di poster film dan flyernya...Gak tau deh..Pihak bioskop pun sepertinya tidak menugaskan stafnya di pintu masuk teater untuk menyeleksi penonton..Sesuatu yang sangat disayangkan.

Kamis, 24 September 2009

TWILIGHT


Setiap berada di kota besar, langkah kaki saya pasti berusaha mencari ke mall terdekat...biasanya sih kalau gak hunting buku di toko kesayangan pasti langsung buru-buru ke bagian teater. Bau jagung letup (atau istilah awamnya 'pop corn'...marilah kita budayakan bahasa Indonesia yang baik dan benar :D ) langsung membangkitkan mood dan gairah. Maklum sehari-hari hidup di kota yang minim hiburan (sering mati lampu pula..Hiks). jadi nonton adalah salah satu "anugerah terindah yang pernah kumiliki"..he..

Sama seperti liburan akhir tahun kemarin. Pada saat itu sedang berada di Plaza terbesar dan termentereng di kota Jogja..Ambarukmo Plaza..dengan pilihan film yang ada, akhirnya Twilight menjadi film beruntung yang ditonton oleh seorang bee (Halah...bak kritikus terkenal Roeper dan Ebert yang kerja di Chicago Sun Times aja ^-^)

Ceritanya sendiri sih berkisar antara tokoh utama wanitanya Bella Swan (diperankan Kristen Stewart--Zathura--), seorang gadis biasa..yang pindah ke kota kecil bernama Fork di Amrik sono. Ketika berada di sekolah dia tertarik dengan pemuda misterius yang tampan teman dia di pelajaran biologi, Edward Cullen (diperankan oleh Robert Pattinson--Harry Potter and the Goblet of Fire). Ternyata si Edward ini adalah vampir vegetarian (maksudnya gak minum darah manusia, binatang aja..ada-ada aja..he) yang tertarik juga padanya..Ceritanya berlanjut seputar kisah asmara mereka berdua yang complicated. Film ini diangkat dari novel berjudul sama karya Stephenie Meyer dan disutradarai oleh Catherine Hardwicke (Thirteen)

Movie review:
Apa kesan saya setelah film selesai diputar? Pertama sih terpukau dengan setting tempatnya..Untuk filmnya secara keseluruhan sih lumayan bagus dengan catatan dibanding film fiksi lain yang diangkat dari buku..tidak mengecewakan. (Pasti ingat Eragon yang gagal difilmkan..sayang banget). Cerita yang unik-- Romeo Juliet versi lain-- diembel-embeli dengan kesuksesan bukunya dan promosi yang gencar membuat penasaran karena saya selalu tertarik dengan cerita vampire..(jadi gak sabar menanti Darren Shan difilmkan).. Yah nggak rugilah tiketnya..he..he..Mungkin genre drama romantis yang syahdu plus cast yang keren, tampan, cantik..membuat film ini menjadi "kuda hitam" di penghujung tahun 2008. lagu Muse yang menjadi latar pada adegan bisbol di hutan membuat saya rela nonton dua kali di bioskop (itupun beberapa bulan kemudian di bioskop daerah saya bekerja...bisa dibayangkan betapa up datenya hiburan di sini..:p )

Note: This movie review is dedicated to Mr Yustinus Cullen..sang Twilight maniak...(dont forget tuk always minjemin RS ya..thanks..he...).

FYI: sekuel Twilight: New Moon bakalan dirilis 20 November 2009.

Rabu, 16 September 2009

MALENA


Malem-malem gak ada kerjaan…akhirnya perhatian saya terpusat pada seonggok folder map warna biru muda di pojokan lemari. Oh..koleksi film2 lama yang jarang tersentuh karena banyaknya volume pekerjaan (ceile…)..Buka satu persatu: hm…shawshank redemption, forrest gumps, …dan langkah jari terhenti ketika dvd bersampul wanita cantik terbuka (dvd bukan wanitanya…:)) Judulnya Malena (Produksi Tahun 2000 dan disutradarai oleh Giuseppe Tornatore)

Wehe..jadi ingat punya dvd ini..(mengingat terkadang saya suka menuruti nafsu buta borong dvd walau akhirnya gak ketonton dan hasilnya membludak teronggok dengan suksesnya..) selama 109 menit berikutnya mata ini tertuju pada layar kaca 21”LG kesayangan.

Hm …Setting Malena berada pada tahun 1940an di Itali ketika perang Dunia II..Ceritanya sih diambil dari sudut pandang anak kecil 12.5 tahun. Dia adalah sosok anak remaja laki-laki yang ingin mencoba untuk menjadi dewasa diusianya yang masih belia…bernama Renato (nama yang mirip dengan my fav bintang lux: Mariana Renata..He..diperankan oleh Giuseppe Sulfaro) Pada suatu saat bersama teman-temannya ia melihat dan bertemu dengan sosok cantik nan sexy idaman semua pria Itali, ia adalah Malena (Wuih….diperankan dengan cantik oleh Italian beauty Goddes Monica Bellucci).


Setiap hari ia mengikuti langkah sexy Malena kemanapun dia pergi. Namun sayangnya keberanian yang dimiliki Renato sangat kecil, sehingga ia hanya bisa berfantasi tentang gadis pujaannya itu. Hampir setiap malam ia membayangkan wajah cantik Malena dan you knowlah seterusnya..he..he. Tapi tidak sampai itu saja obsesi terpendam seorang Renato..ia selalu mengikuti, menguntit, mengintip sampai mencuri lingerie milik Malena..stalker abis deh pokoknya..lucunya ada beberapa adegan mirip Ally McBeal terjadi disini (itu lho yang kadang terlalu lebay membayangkan kemungkinan peristiwa yang akan terjadi dari suatu kejadian)…


Si Malena ini diceritakan sebagai seorang isteri yang setia menunggu suaminya pulang dari medan perang sambil merawat ayahnya yang juga guru bahasa Latin Renato dan kawan-kawannya..(Adegan kocak antara guru yang tuli dan murid di kelas beberapa kali terulang..dasar anak2 kurang ajar…)Sebenarnya Malena gak salah apa-apa sih..Cuman kecantikan dan kemolekan tubuhnya menjadikan buah bibir dikalangan ibu2 yang iri dan jengkel karena suami2 mereka pada jelalatan matanya..(jadi inget komedi di trans tv…:)). Apalagi ketika mendengar suami Malena telah meninggal dan disusul oleh Ayahnya menjadikan ia terlunta2 karena dimanfaatkan oleh para pria dan menjadikan ia terusir secara tidak hormat dari kota..


Renato kecil dengan caranya sendiri berusaha melindungi malena..dan akhirnya ia menjadi pembuka jalan bagi kebahagiaan hidup Malena di akhir cerita..(Gak mau spoiler nih…tonton sendiri ya..)


Movie Review : Hm…not bad lah..Apalagi Monica Belluccinya yah…Sinematografinya keren ditambah score filmnya menasbihkan film ini pada dua nominasi penghargaan tertinggi di amrik sono pada Tahun 2001 (Oscar lah masa Razzie Award…he)

note : This movie review is dedicated for Mr Kukuh..he loves this movie..so much..thanks for "the file"..he..he