Tampilkan postingan dengan label jogja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jogja. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2011

Gudeg Kalengan Bu Tjitro







Salah satu warisan kuliner asli Indonesia yang paling khas adalah gudeg. Kalau dengar gudeg, pasti ingat Jogja. Gudeg dan Jogja memang tidak bisa dipisahkan, bagaikan Romeo dan Juliet, Sungai Nil dan Mesir, atau Spongebob dan Patrick..hehe



Namun bagaimana dengan kolega kita yang sedang bermukim untuk belajar atau bekerja di Ibiza Spain, atau saudara seiman nun jauh di Timbuktu sana ingin mencicipi barang sesuap dua suap kelezatan makanan khas yang rasanya tidak kalah unik dengan rendang ini?



Bu Tjitro, sebagai salah satu restoran gudeg di Jogja yang telah kondang dan terkenal sejak 1925, telah membuat trobosan baru dengan menciptakan gudeg dalam kemasan kaleng.




Apa? kaleng? ya... anda tidak salah baca. bagaikan sarden atau kornet, si gudeg ini tak kalah cantik dan praktis terkemas rapi dalam kaleng kecil mungil 250 gram saja. Jadi tidak perlu repot untuk menatanya dalam koper louis vuitton kw 3 anda, atau mengirimnya ke luar negeri via pos




Dengan porsi yang cukup untuk satu sampai dua piring nasi, cukuplah untuk mengobati kekangenan akan suasana Jogja. *muter lagunya ungu dalam album tribute to KLA*. Oh ya, dalam tiap kalengnya sudah lengkap ada krecek dan satu butir telur rebus lho



Kemasan ini bertahan sampai satu tahun. Cukup IDR 20.000,- saja, anda bisa memboyongnya untuk dibawa pulang. Untuk setiap pembelian dua kaleng, akan ditambah pengepakan dalam anyaman rotan yang unyu..hehe



Untuk menikmatinya, tinggal panaskan saja gudegnya selama lima menit..siap santap. Hmm, mungkin produk ini kalau sudah berkembang dan meluas, bisa seperti cerita dalam iklan mie instan yang kenamaan itu... dimana seorang mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan di salah satu negara Eropa rela menjelajah negara tetangganya demi melepaskan dahaganya akan kerinduan produk kuliner Indonesia :)


btw..saya belajar vocabulary baru lho, ketika iseng membaca bahan-bahan komposisi isi kaleng:


Nangka muda : Young Jackfruit

Telur Bebek : Duck Egg

Ayam Kampung : Native Chicken

Air : Water

Krecek : Skin Buffalo In Process... what the???

Kacang Tholo : Tholo Bean

Bawang Merah : Red Onion

Bawang Putih : Garlic

Kemiri : Candle nut

Cabe merah keriting : Chili

Kelapa : coconut

Lengkuas : Galangale

Garam : Salt

Sereh : Lemongrass

Ketumbar : Coriander

Gula Merah : Java Sugar

Daun Jeruk : Citrus Leaves

Daun salam : Bay leaf


Lokasi : Gudeg Bu Tjitro, Jalan Adisucipto seberang Bandar Udara Adisucipto Km.9 Yogyakarta (dari bandara tinggal ngesot aja)



atau klik saja di blognya :


Rabu, 15 Juni 2011

Affandi, Sang Maestro



Ketika ingin menghabiskan sore yang cerah, tiba-tiba mobil berbelok ke suatu komplek bangunan unik di pinggir sungai Wong.

Hm...sebenarnya sudah sangat sering lewat depan museum ini.. tapi apa daya, rayuan hedonis Ambarukmo Plaza yang hanya terletak beberapa puluh meter di dekatnya lebih sering berhasil diturutin untuk mampir daripada meluangkan waktu sejenak mengagumi karya seni Sang Maestro... Affandi





Dilihat dari kejauhan, museum ini mirip daun pisang. Konon filosofi daun pisang ini berlatar belakang pengalaman hidup sang maestro waktu kecil. Daun pisang sering dipakai membungkus makanan serta melindungi beliau waktu hujan. Dari situlah beliau ingin membungkus mimpinya dalam bentuk karya seni supaya terjaga dengan baik dalam galeri dan museum serta menginspirasi banyak orang. Dream.Believe. Make it Happen...hehe



Museum ini terbagi menjadi 3 galeri, Galeri I memuat hasil karya Affandi serta memorabilia pribadi seperti Mobil Colt Gallan tahun 1976, berbagai penghargaan yang pernah diterima, sampai kaos singlet yang pernah dipakai waktu melukis.

Galeri II dan III memuat hasil karya artist-artist lain, termasuk putri kandung beliau Kartika. beberapa karya memang dijual untuk umum. Tapi jangan harap kantong tipis seperti saya ini mampu menjangkaunya. Rp 400.000.000,- untuk sebuah lukisan Kartika bukanlah harga termahal. Untuk kaum yang bisa menilai seni dan berkantong tebal, berbagai pilihan karya anak negeri di museum ini patut diapresiasi..




Terdapat pula sanggar lukis bagi anak-anak yang mau belajar melukis dan berpameran seperti Affandi. Hawa sejuk dan kerindangan tumbuhan di samping Sungai Gajah Wong, mampu meneduhkan pikiran bagi siapa saja yang mau berkunjung. Terlihat beberapa Mahasiswa jurusan Seni yang membuat sketsa di rerumputan hijau, mengabadikan bangunan museum di kertas bergaris-garis

Desain beberapa bagian di museum ini memang unik dan detail. Seperti musholla yang berbentuk gerobak, sampai lantai cafe yang terdiri dari mosaik pecahan keramik yang membentuk berbagai pola yang berwarna warni.



a corner in Paris, Chinese Ink in paper 1952


Bagi anda yang ingin berkunjung, siapkan Rp 20.000,- untuk satu tiket plus Rp.10.000,- untuk kamera serta Rp 20.000,- untuk video...buka tiap hari jam kerja, kecuali hari libur. Lucky me, hari ketika saya berkunjung adalah hari Haulnya Affandi.. jadi Gratis :)

My Wife and Her Mother, 1976


Fallen Plan in a Rice Field, 1975