Kehilangan tas ransel warna hitam itu terjadi tahun lalu ketika saya berada di Bandara Adisucipto Yogyakarta setelah menempuh sekian jam perjalanan transit Bandar Lampung- Yogyakarta dengan maskapai bernama salah satu kerajaan tempo dulu di Sumatra. Begitu pesawat landing dengan sempurna, biasanya penumpang akan buru-buru berdiri dan mengambil barang bawaan untuk kemudian antri menuju pintu keluar. Saya yang duduk di window seat merasa tak perlu bersegera keluar karena saya pikir toh tak akan lama. Begitu keadaan sepi saya pun berusaha untuk mengambil tas ransel hitam di locker kabin atas kursi. Dan kagetlah ketika si tas andalan tak ada, dan yang tertinggal hanyalah tas ransel hitam yang entah milik siapa.
Analisa saya cuman satu. Si pemilik tas yang tertinggal ini pasti salah mengambil tas ransel yang sekilas memang mirip dengan punyanya. Dalam keadaan seperti ini berpanik-panik ria sangatlah tidak membantu. Saya pun langsung turun dan menghubungi petugas untuk melaporkan kejadian ini. Untungnya para petugas siap siaga membantu dan berusaha dengan cepat menyebar untuk mencari penumpang yang masih ada di bandara dan terlihat membawa tas ransel hitam yang mirip. Tapi analisa saya ini bisa salah karena dalam pesawat yang sama juga terdapat beberapa penumpang yang cuman transit tiga puluh menit di Jogja yang kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Surabaya.
Sayangnya hasilnya nihil dan tidak juga tertukar dengan penumpang Surabaya. Saya memang tidak menyalahkan petugas bandara atau kru pesawat karena memang murni bukan kesalahan mereka layaknya ketika barang hilang atau tertukar dalam bagasi karena ini memang barang bawaan di kabin. Ya sudahlah, pasrah saja sembari menunggu sebentar dan berharap penumpang yang salah bawa tadi kembali ke bandara untuk menukar barangnya. Malam yang semakin larut dan capek yang mendera membuat saya menyerah dan mengisi laporan di bagian lost and found dengan menitipkan tas yang tertukar tadi ke petugas dan tak lupa meninggalkan nomor telepon yang bisa dihubungi sewaktu-waktu. Lagipula isi tas saya hanya baju show dari daging dan keperluan harian lain yang tidak bisa dinilai sebagai barang berharga. Mungkin bernilai lebih ke kenangannya karena tas itu hadiah dari selingkuhan atasan saya
Tengah malam ketika saya sudah siap untuk tidur, tiba-tiba saya dikagetkan dengan adik yang sedang berbicara dari telepon selular ayah. Ternyata itu berasal dari penumpang yang salah bawa tadi. Saya pun terheran-heran. Bagaimana mungkin yang dihubungi adalah nomor ayah, sementara yang ditinggalkan di bandara adalah nomor saya sendiri. Keheranan bertambah karena ia menelpon bukan dari bandara melainkan dari rumah saudaranya dan tas saya memang tidak ada identitas pemiliknya sama sekali.
Singkat cerita setelah janjian ketemu di bandara keesokan harinya, saya mendapat kembali tas ransel hitam andalan itu. Keheranan pun terhapus ketika mas-mas yang bepergian ke Jogja untuk suatu acara sesama pemilik mobil VW ini menjelaskan kronologis sampai bisa menelpon ke nomor ayah saya. Rupanya ia menemukan sim card bekas di salah satu kantong ketika ia berusaha menemukan identitas pemilik di tas. Ada beberapa nomor di sim card itu dan hanya kontak bernama "DAD" yang bisa dihubungi. Ia dengan sungguh-sungguh meminta maaf karena telah salah mengambil tas tanpa meneliti terlebih dahulu akibat lelah setelah seharian menempuh perjalanan dari Belitung. Walau pun musti balik lagi ke bandara yang berjarak sekitar setengah jam dari rumah, saya senang dan lega karena tas telah kembali.
Moral Story: Berilah identitas pada bawaan atau tas anda dalam suatu perjalanan sehingga kalau ditemukan orang lain akan memudahkan dalam proses pengembalian. Kalau diperhatikan, kebanyakan tas atau koper yang dijual di pasaran terdapat label atau isian identitas pemilik yang dijahit menyatu atau berbentuk kartu terpisah. Tas saya yang tertukar pun ternyata ada label tersebut. Karena menyepelekan hal tersebut dengan tidak mengisinya, sang penemu tas saya tidak berhasil menemukan identitas pemilik. Beruntung ada simcard yang ditemukan dan terdapat kontak yang bisa dihubungi. Kebetulan kontak tersebut adalah ayah saya dan diterima oleh adik ketika dihubungi. Kebetulan lagi karena ayah dan adik lah yang malam itu menjemput di bandara dan tahu kejadian tas saya yang tertukar, sehingga tidak kebingungan ketika malam-malam ada penelpon tak dikenal yang mengaku memiliki putri tas yang tertukar.
hwekekkkkkkkkk..mungkin dikira tas nya cristian sugidonokasinoindro :D
BalasHapushalah apaan seeeh #beratinsuara
Hapus