Bangsa Indonesia layak berbangga memiliki Batik.. Ya, gelora cinta warisan budaya ini semakin menggema setelah UNESCO mengesahkannya. Tak cukup hanya sekadar euforia masal, sebaiknya kita harus lebih mengenal secara mendalam makna filosofis serta hikayat dari selembar kain Batik. Terlebih batik tulis atau cap sebagai produk adiluhung dari tangan-tangan terampil anak bangsa.
Waktu yang pas ketika saya mendapat panggilan diklat di Jakarta berkaitan dengan pekerjaan di kantor. Kenapa pas? ya.. bertepatan dengan bulan Oktober, bulan yang identik dengan bulan Batik bagi rakyat Indonesia. Bertepatan pula dengan diselenggarakannya World Batik Summit 2011 yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 28 September 2011. Acara ini ditutup pada tanggal 02 Oktober 2011. Waktu yang cukup bagi saya untuk meluangkan diri sejenak untuk berkunjung ke salah satu event bertaraf Internasional ini. Jarang-jarang kan seperti ini, mengingat domisili dinas saya di ujung Pulau Sumatra yang cukup terpencil dari ingar bingar suatu peristiwa khusus layaknya kota-kota besar lainnya di Indonesia.
World Batik Summit 2011 ini mengambil tema "Indonesia: Global Home of Batik". Terlihat dari penyelenggaraanya yang culup berkelas, membuat kita sebagai pengunjung mampu meraba dengan jelas akan arti di balik setiap jenis batik. Sekali pun kita awam dan baru, dengan teks tertulis dan display yang menarik mampu merangsang kita untuk kenal lebih dekat dan mendalam dengan setiap koleksi yang dipamerkan. Berbagai macam koleksi pribadi dan organisasi membuat kita naik level setingkat dalam memberikan apresiasi terhadap batik, tidak lagi hanya ikut-ikutan mengecam saja apabila negara lain berusaha untuk menancapkan klaimnya atas batik.
Setelah memanjakan mata dengan beragam warna ragam hias serta corak yang beaneka rupa, puluhan usaha kecil dan menengah dari seluruh penjuru negeri siap melayani akan keinginan kita untuk turut melestarikan warisan budaya ini dengan cara memiliki. tentunya transaksi jual beli ini akan meningkatkan kesejahteraan dari berbagai pihak dalam rantai ekonomi para pelaku yang berkecimpung dalam dunia batik.
Sungguh tidak rugi menukar tiket masuk sebesar Rp. 10.000,00 dengan segudang rasa bangga yang menjalar di dalam dada setelah melewati pintu keluar, bahwa kita Bangsa Indonesia memiliki batik... ya.. bangsa Indonesia, bukan yang lainnya :)
unique batik floor
rimpu, the way wearing batik sarong not only cover the lower body, but also the the face and head at Bima, Nusa Tenggara
Batik Kudus
Annisa Pohan : Alleira's brand ambassador
Formal Dining Room by Danar Hadi, "The Glory of Batik"
tinggal di ujung pulau sumatera???ah..jangan mengeluh, kan ujung yang deket dg jakarta...yo to
BalasHapusbelum percaya berkunjung ke sana kalo belum liat oleh2nya :D
oleh2nya cerita ama gambar pip, kan lebih bermakna :)
BalasHapus